Meskipun terjadi penurunan jumlah tenaga medis dokter di tahun 2016, namun rujukan penduduk Kotawaringin Barat untuk berobat jalan di fasilitas kesehatan masih terbilang tinggi. Di wilayah pedesaan, praktik dokter/bidan sebagai rujukan berobat mencapai 34,34 pesen, sementara di wilayah perkotaan sebesar 30,84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar untuk menggunakan tenaga kesehatan terdidik sebagai penolong kesehatan utamanya di wilayah perdesaan. Selain itu, berdasarkan data hasil Survei Susenas tahun 2016, puskesmas/pustu mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebagai rujukan masyarakat untuk berobat yaitu sebesar 40,95 persen.
Keberhasilan pemerintah daerah dalam program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduknya. Usia harapan hidup ditentukan oleh besarnya angka kematian bayi di suatu kabupaten/kota. Jika dilihat, selama kurun waktu 3 tahun, angka harapan hidup di Kotawaringin Barat mengalami peningkatan hingga di tahun 2016 mencapai 70,21 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menurunkan angka kematian bayi melalui berbagai program kesehatan, seperti imunisasi dan perbaikan lingkungan perumahan.