MMC Kobar - Kepemimpinan merupakan sebuah seni yang sangat diperlukan dan salah satu factor yang paling berpengaruh pada pencapaian tujuan. Pemimpin yang dipersiapkan dengan baik diharapkan akan menjamin organisasi mencapai tujuan masa sekarang hingga masa depan. Hari ini kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa teknologi semakin kuat dalam mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan, itu berarti seorang pemimpin haruslah negerti akan perubahan ini dan mempu mengarahkan organisasi pada arah yang benar. Namun pemimpin seperti apa yang mampu untuk mengemban tugas tertsebut?.
Tentunya tidak dapat dipisahkan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Saat ini mayoritas angkatan kerja yang aktiv pada saat ini merupakan gabungan dari Generasi X, Y, dan Z. Dalam sensus penduduk 2020, Gen Z dan Milenial mendominasi penduduk Indonesia yang per September 2020 mencapai 270,20 juta jiwa. Gen Z berjumlah 74,93 juta atau 27,94% terhadap total penduduk, Milenial 69,38 juta jiwa (25,87%), Gen X 58,65 juta jiwa (21,88%), Baby Boomer 31,01 juta jiwa (11,56%), Post Gen Z 29,17 juta jiwa (10,88%), dan Pre-Boomer 5,03 juta jiwa (1,87%). Jika saja saat ini mayoritas pimpinan organisasi adalah Generasi Y (milenial) maka dia harus memimpin dengan tetap menghormati pandangan Generasi X dan merangkul kebebasan ekspresi Generasi Z.
Terlepas dari generasi mana yang saat ini memimpin organisasi. Haruslah ada sifat dasar/sifat minimal yang tidak dapat dihilangkan dari seorang pemimpin. Dalam mencapai tujuan organisasi ini dibutuhkan Kepemimpinan yang dapat memahami perbedaan karakteristik dari generasi tersebut, dan mengkolaborasikan perbedaan tersebut menjadi nilai positif dari sebuah organisasi. Nilai kepemimpinan yang harus tetap dipertahan pada tiap generasi adalah :
Pertama, jenis Kemepimpinan Semi-militer, yang berkarakter tegas, pemimpin dominan, dengan batasan yang jelas antara atasan-bawahan. Jenis kepemimpinan ini sudah lama terbukti ampuh untuk mengendalikan jalannya organisasi, sifat ini dibutuhkan untuk menjaga setiap anggota tetap pada jalurnya dan memahami posisi pada organisasi. Generasi X sudah terbiasa dengan model kepemimpinan seperti ini, bagi generasi X ketegasan adalah hal yang dianggap penting. Sementara bagi generasi Y dan Z, kepemimpinan model ini kurang poluler namun tetap diakui efektifitasnya.
Kedua, jenis Kepemimpinan Transformasional, yang berkarakter kharismatik, mengispirasi, berintelek, dan membangun perhatian pada bawahan. Jenis Kepemimpinan ini dinilai menginspirasi pengikut untuk mementingkan kebutuhan organisasi melampaui kepentingan diri sendiri. Kepemimpinan ini juga dianggap lebih kreatif dan lebih berhasil mencetak pengikut yang kreatif. Hal ini buah dari keberanian pemimpin transformasional menerapkan desentralisasi tanggung jawab yang lebih besar. Kepemimpan ini sangat cocok bagi generasi Y dan Z yang berkarakter bebas dan ekspresif , namun kurang populer bagi generasi X yang terbiasa pada kepemimpinan gaya lama.
Ketiga, jenis Kepemimpinan yang berlandaskan Agama, dengan karakter menjujung nilai agama, kehormatan khusus nilai-nilai agama. Namun perlu digarisbawahi bahwa Kepemimpinan ini cukup kompleks, mengingat agama itu sendiri bagian dari SARA. Namun nilai kebaikan yang di ajarkan pada tiap agama disepakati popular pada tiap jenis generasi.
Meskipun nilai kepemimpinan di atas masih harus diramu kembali agar dapat sesuai dengan keadaan organisasi masing-masing. Diharapkan dengan tidak menghilangkan nilai kepemimpinan tersebut kita dapat menjadi pemimpin transisi yang dapat memimpin berbagai jenis generasi sekaligus mempersiapkan generasi mendatang untuk menjadi pemimpin masa depan.
(Reza Fauzan, S.STP Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Islam Sultan Agung Semarang)